HIPOSPADIA (Kelainan pada Penis Bayi Baru Lahir)

Sebaiknya Bunda tahu apa itu Hipospadia
Karena kelainan ini ternyata banyak dialami anak laki-laki, lho Bunda. Hipospadia bisa menyebabkan si Bayi mengalami gangguan kesehatan dan seksual di masa depannya

Kelainan yang dimaksud yaitu suatu kondisi dimana ujung uretra anak tidak terletak di ujung penis, penis membengkok (tertekuk) ke bawah, hanya separuh kepala penis yang tertutup kulup (terlihat seperti sudah disunat), serta arah pancaran urine saat buang air kecil tidak seperti yang seharusnya.

Risiko kelainan hipospadia juga diketahui dapat meningkat pada Bunda yang hamil di atas usia 40 tahun, terkena paparan asap rokok, senyawa kimia seperti pestisida, atau pada kehamilan inseminasi buatan.
Kelainan hipospadia biasanya sudah dapat didiagnosis tidak lama setelah bayi dilahirkan. Penanganan Hipospadia bisa dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :

1. Pada hipospadia skala ringan, diagnosis ini cukup dilakukan dengan melakukan pemeriksaan fisik pada penis Si Kecil. 2. Untuk Hipospadia kategori parah, akan dibutuhkan pemeriksaan lebih mendetail untuk memastikan ada atau tidaknya keabnormalan pada fungsi alat kelamin anak dan diperlukan penanganan medis.

Meski si Kecil positif menderita hipospadia, Bunda jangan langsung khawatir, karena belum tentu ia membutuhkan penanganan medis.

Penanganan medis tergantung pada tingkat keparahan hipospadia yang dialami oleh Si Kecil. Jika lubang uretra terletak sangat dekat dari lokasi yang semestinya dan bentuk penis tidak melengkung, maka ia tak memerlukan penanganan medis khusus.

Tetapi jika lubang uretra berada jauh dari lokasi yang seharusnya, maka kemungkinan besar tindakan operasi untuk pemindahan uretra perlu dilakukan.

Idealnya, prosedur operasi ini dilakukan saat anak berusia empat bulan hingga 1,5 tahun. Dalam prosedur ini, dokter bedah akan merekonstruksi saluran kemih Si Kecil pada lokasi seharusnya.

Hal serupa juga akan dilakukan pada bentuk penis yang melengkung ke bawah akibat pertumbuhan kulup yang tidak normal. Oleh karena itu, disarankan agar si Kecil tidak melakukan sunat terlebih dahulu sebelum prosedur rekonstruksi ini dilakukan.

Risiko jika Kelainan Tidak Diperbaiki

Bila operasi rekonstruksi tidak dilakukan, si Kecil kemungkinan akan mengalami kesulitan saat berkemih di toilet akibat arah pancaran urinenya yang abnormal.

Tak hanya itu saja, saat ia dewasa nanti, hipospadia yang tidak diterapi dikhawatirkan dapat menyebabkan ia kesulitan saat berhubungan seksual.

Untuk mengetahui tingkat keparahan hipospadia yang dialami si Kecil, sebaiknya Bunda segera berkonsultasi dengan dokter spesialis anak RS Nirmala Suri untuk menentukan metode perawatan apa yang diperlukan olehnya.
Salam Sehat Selalu