Kita Tetap Harus Cek Gula Darah Meski Tak Diabetes, Tapi di Usia Berapa?

Periksa gula darah secara rutin penting dilakukan untuk mencegah penyakit diabetes. Pasalnya, tidak semua orang mengalami gejala diabetes sehingga sering kali tidak disadari sudah mencapai tahap komplikasi diabetes. Semakin cepat Anda memeriksakan gula darah, maka semakin cepat pula Anda mengurangi risiko terkena diabetes. Lantas, kapan harus mulai cek gula darah? Apakah harus dari usia anak-anak? Semua jawabannya ada pada ulasan berikut ini.

Usia berapa sebaiknya kita harus mulai cek gula darah?

Menurut Jay Cohen, MD, asisten profesor klinis dari University of Tennessee, dilansir dari Everyday Health, orang dengan diabetes tipe 2 biasanya tidak menyadari telah terkena diabetes selama tiga sampai empat tahun lebih.

Jika tidak segera ditangani, ini tentu akan memicu terjadinya komplikasi diabetes yang semakin membahayakan kesehatan. Nah, hal ini bisa dicegah lebih awal dengan mulai cek gula darah dan skrining sedini mungkin.

Untuk menentukan usia yang tepat mulai cek gula darah, Anda perlu memperhatikan berbagai faktor risiko yang bisa membuat Anda lebih mudah terkena diabetes, di antaranya:

  • Kelebihan berat badan atau obesitas
  • Terdapat anggota keluarga yang terkena diabetes (orangtua atau saudara kandung)
  • Malas gerak atau kurang aktivitas fisik
  • Pernah mengalami diabetes saat hamil atau melahirkan bayi besar (lebih dari empat kilogram)
  • Riwayat hipertensi atau kolesterol tinggi
  • Mengalami PCOS

Jika Anda mengalami salah satu atau lebih kondisi tersebut, itu artinya Anda berisiko tinggi terkena diabetes. Terlebih bila Anda berusia 45 tahun ke atas, American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan Anda untuk rutin melakukan skrining diabetes setiap tiga tahun sekali.

Terlepas dari usianya, yang terpenting adalah melihat seberapa besar Anda berisiko terkena diabetes, termasuk pada anak-anak Anda. Pasalnya, diabetes kini bukan lagi dianggap sebagai penyakit orang dewasa semenjak mulai banyak anak-anak yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas akibat gaya hidup yang tidak sehat.

ADA dan American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan bagi anak-anak yang mengalami kelebihan berat badan atau berisiko tinggi terkena diabetes untuk segera menjalani cek gula darah rutin mulai usia 10 tahun atau saat pubertas sebelum berusia 10 tahun. Semakin cepat melakukan cek gula darah, maka semakin cepat pula anak-anak mampu mencegah kemungkinan terkena diabetes saat dewasa nanti.

Jika Anda sudah memiliki alat cek gula darah di rumah, Anda bisa melakukan pemeriksaan ini secara mandiri untuk Anda dan anak Anda. Lakukan cek gula darah sebelum Anda maupun anak Anda makan, sebelum tidur, jika merasa tubuh kurang sehat, atau menunjukkan tanda-tanda gula darah terlalu tinggi atau terlalu rendah. Bila Anda tidak yakin dengan hasilnya, maka segera konsultasikan ke dokter untuk melakukan tes skrining.

Seperti apa prosedur cek gula darah yang harus dilakukan?

Ada dua tes sederhana yang bisa Anda lakukan untuk cek gula darah, di antaranya:

1. Tes puasa glukosa

Sebelum menjalani tes ini, Anda diharuskan untuk berpuasa selama delapan jam terlebih dahulu. Tingkat gula darah normal setelah berpuasa adalah di bawah 100 miligram per desiliter (mg/dL). Bila kadar glukosa darah Anda antara 100 sampai 125 mg/dL, maka ini mengindikasikan pradiabetes. Artinya, Anda perlu melakukan cek gula darah ulang untuk memastikan apakah Anda positif mengidap diabetes atau tidak.

2. Toleransi glukosa oral (TTGO)

Oral glucose tolerance test (OGTT) atau tes toleransi glukosa oral adalah tes yang berfungsi untuk mengukur kemampuan glukosa sebagai sumber energi utama dalam tubuh. Cek gula darah yang satu ini berfungsi untuk mendiagnosis pradiabetes dan diabetes, terutama diabetes saat hamil (diabetes gestasional).

Sebelum menjalani TTGO, Anda dianjurkan untuk minum larutan manis dua jam sebelum sampel darah diambil. Bila hasil tes menunjukkan angka 200 mg/dL atau lebih, maka Anda perlu melakukan cek gula darah ulang untuk memastikan bahwa Anda menderita diabetes.

Sumber : www.hellosehat.com